Di Balik Penindasan Muslim Uighur yang terungkap dunia

Penindasan terhadap etnis minoritas Uighur China telah menjadi rahasia terburuk di Beijing selama bertahun-tahun. Ada banyak laporan tentang penindasan di wilayah Xinjiang di China barat laut, di mana ulasan WPR tahun 2012 ini hanya menjadi salah satu contoh.
Baru-baru ini, rincian pengawasan ketat oleh negara yang terjadi di Xinjiang telah mengisi media Barat. Tetapi meskipun ada informasi yang tersedia, namun perlakuan China terhadap Muslim Uighur sebagian besar tak ada dalam agenda internasional.
Masih harus dilihat apakah ini akan berubah setelah diadakannya panel hak asasi manusia PBB pada Jumat (10/8) lalu tentang masalah ini. Gay McDougall—anggota Komite PBB untuk Penghapusan Diskriminasi Rasial—mengatakan selama sesi pembukaan, bahwa Xinjiang telah menjadi “sesuatu yang menyerupai kamp pengasingan besar-besaran, diselimuti kerahasiaan, semacam zona tanpa hak.”
McDougall mengutip perkiraan bahwa dua juta orang Uighur dan minoritas Muslim lainnya di Xinjiang dikirim ke “kamp-kamp politik untuk indoktrinasi.”
China merilis penolakannya melalui pernyataan dari beberapa pejabat pemerintah. Pada sidang Senin (13/8) di Jenewa, Hu Lianhe—seorang pejabat senior Partai Komunis China—menolak tuduhan adanya “pusat-pusat pendidikan ulang” di Xinjiang.
Menurut The Wall Street Journal, Hu menambahkan bahwa para penjahat telah dipenjarakan sebagai bagian dari upaya anti-terorisme, dan bahwa para penjahat dengan pelanggaran yang lebih ringan dikirim ke “pendidikan kejuruan.”
Tindakan keras saat ini di Xinjiang tampaknya menjadi bagian dari upaya yang lebih besar untuk “men-China-kan agama” di China. Kampanye ini tidak baru, tetapi Partai Komunis China menjadikannya prioritas pada tahun 2016, ketika Presiden Xi Jinping mengawasi konferensi tentang urusan agama nasional.
Mengepalai pertemuan semacam ini jarang terjadi untuk seorang Presiden China, menurut analisis dari The Diplomat pada Oktober lalu, yang menambahkan bahwa Xi menuntut China harus “secara aktif membimbing agama untuk beradaptasi dengan masyarakat sosialis.”
Pada Jumat (10/8), The Washington Post menerbitkan sebuah laporan yang mendukung dakwaan kampanye pengawasan yang menargetkan etnis Muslim Kazakh di Xinjiang, termasuk “pos pemeriksaan dan kamera keamanan dan pemindai yang tak terhitung jumlahnya, di mana orang-orang yang dicurigai memiliki hubungan luar negeri dapat diinterogasi.”
Seorang mantan tahanan dikatakan pernah disiksa dengan metode waterboarding, dan yang lain menceritakan telah menghabiskan hari-hari mereka menyanyikan lagu-lagu propaganda Partai Komunis China.
Siapakah etnis Uyghur? Mengapa Pemerintah Komunis Cina melakukan Kezaliman pada mereka? Mengapa Uyghur ingin memerdekakan diri dari Cina? Mengapa pemimpin negara lain, termasuk pemimpin Muslim bungkam atas penderitaan mereka? .
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut [tipu daya] mereka, tetapi Allah [justru] menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya.” [QS. Ash-Shaff [61] : 8] .
China menyangkal keberadaan kamp-kamp penahanan massal di mana orang Uighur ditahan tanpa pengadilan. Dalam gambar, orang-orang Uighur di sebuah bazaar pada tahun 2013. (Foto: Getty Images)
Dengan tidak adanya tantangan formal dari pemerintah Barat, hanya ada kecaman dari segelintir politisi Amerika. Senator Marco Rubio meminta Amerika Serikat (AS) untuk mengambil sikap yang lebih keras terhadap catatan hak asasi manusia di China.
Dia menulis di Wall Street Journal, menyatakan bahwa “negara-negara lain tidak boleh takut untuk mengikuti (menyoroti pelanggaran HAM di China).” Apakah mereka akan bertindak—setelah bertahun-tahun tidak bertindak—adalah pertanyaan lain.
Sumber : worldpoliticsreview.com
Posted on August 17, 2018 – matamatapolitik.com
TINGGALKAN KOMENTAR ANDA