INILAH 7 HIKMAH REUNI 212 SEBAGAI MODAL PERSAUDARAAN & PERSATUAN
(belajar berfikir positif-produktif, stop berfikir negatif-nyinyir)
Meski Reuni 212 itu terjadi di Jakarta namun aura persaudaraan dan persatuan itu menggema sampai ke daerah. Banyak yang saling mengingatkan dan memberikan motivasi.
Ada juga yang janjian ingin berangkat bareng. Ada juga yang sudah janjian ketemu di Monas. Tak ketinggalan juga yang janjian untuk pulang bareng.
Sebagian besar kalangan aghniya (the have) yang memiliki kebebasan finansial, mereka sudah membeli tiket dan memesan kamar hotel. Bahkan sudah membatalkan berbagai urusan proyek dan bisnisnya. Mereka pun rela mengorbankan waktu dan tenaga demi meraih pahala dengan menjaga ukhuwah dan persaudaraan serta persatuan di negeri ini.
Sementara bagi mereka yang tergolong ekonomi menengah yang belum memiliki kebebasan finansial, juga tak kalah semangatnya. Mereka sudah setahun lalu menabung sedikit demi sedikit untuk membiayai keberangkatannya ke jakarta.
Sedangkan bagi mereka yang tak punya uang, juga tak kalah semangat. Ada yang mengendarai sepedanya menuju Jakarta. Ada juga yang menunggang kuda menuju jakarta. Mereka juga mengorbankan tenaga dan waktunya demi meraih pahala menjaga ukhuwah dan persatuan.
Pendek kata, semua itu mereka lakukan dengan sukarela. Dengan semangat penuh pengorbanan. Tak ada yang membayar mereka. Tak ada yang menjanjikan jabatan, juga tak ada yang menjanjikan proyek bagi mereka. Apalagi ada bagi-bagi uang untuk yang mau datang. Tidak, mereka datang dengan pengorbanan masing-masing.
Satu-satunya dorongan untuk hadir di reuni 212 adalah ingin menjaga ukhuwah dan persatuan. Mereka ingin bertemu dengan saudara senasib dan seperjuangan. Ingin melepas rindu dan kangen antar saudara dan sesama anak negeri ni. Ini adalah MODAL SOSIAL yang TAK TERNILAI HARGANYA dalam kehidupan beregara.
Bagi pengelola negara yang cerdas, tentu sangat paham akan pentingnya persaudaraan dan persatuan. Mereka akan memandang dengan positif untuk memanfaatkan momentum Reuni 212 itu dengan baik. Akan mendorong dan menggalang potensi itu sebagai modal sosial pembangunan negara.
Negara akan memfasilitasi dan memanfaatkan potensi itu untuk meraih kekuatan persatuan negara. Ini modal sosial yang amat berharga untuk menghadapi ancaman global yang terus menggerus persatuan dan kekuatan negara.
Ketika kita memandang Reuni 212 dengan pandangan positif dan semangat persatuan membangun negeri maka akan menemukan sisi positifnya. Sementara bagi mereka yang memandang negatif maka akan terus nyinyir dan sakit hati sampai mati.

Setidaknya ada 7 (tujuh) nilai positif yang bisa ditemukan dalam Reuni 212 ini :
PERTAMA, semangat PERSATUAN dan persaudaraan (ukhuwah) yang tinggi sesama alumni 212. Ini menjadi modal sosial yang positif bagi negeri majemuk seperti negeri ini. Semestinya dapat secara cerdas dioptimalkan untuk menggalang persatuan sesama anak negeri.
KEDUA, semangat BERKORBAN yang tinggi. Betapa semua lapisan masyarakat berbagai strata ekonomi bisa bersedia berkorban baik HARTA maupun TENAGA. Mereka rela berkorban harta dan waktu serta pekerjaan demi menghadiri acara Reuni 212. Hal ini jika dipupuk dan ditingkatkan bisa jadi kekuatan dahsyat untuk membangun negeri.
KETIGA, Semangat KEMANDIRIAN yang tinggi. Semua strata masyarakat, secara mandiri berjuang untuk bisa membiayai diri masing-masing dalam menghadiri Reuni 212. Mereka tidak meminta bantuan pemerintah. Ini sangat positif jika pemimpin secara cerdas menggunakan potesi ini untuk membangun negeri.
KEEMPAT, Semangat LOYALITAS yang tinggi. Para peserta reuni 212 sangat patuh dengan aturan dan instruksi dari panitia. Tak perlu diperintah berulang-ulang, cukup diberitahu jadwal dan aturannya, mereka mematuhi dengan kesadaran tinggi. Ini menjadi modal besar dalam membangun negeri.
KELIMA, semangat KETAQWAAN yang tinggi. Jika tujuan negara kita membentuk manusia cerdas, beriman dan bertaqwa, maka para peserta reuni 212 punya tingkat ketaqwaan yang tak diragukan. Negara Tak perlu mengingatkan dan membangunkan mereka untuk sholat subuh. Bahkan sholat tahajud ditengah malam. Mereka tak suka menghina tapi sangat marah jika ajaran agamanya dihina. Apalagi nabi Muhammad yang mulia dihina oleh orang2 bejat dan hina. Ini ciri orang baik yg jadi modal bagus untuk membangun negeri.
KEENAM, ada KONTROL SOSIAL yang tinggi antar sesama alumni reuni 212. Budaya saling mengingatkan dikalangan Persaudaraan alumni 212 (PA-212), sangatlah tinggi. Jika ada peserta yang mencoba mnginjak rumput, maka banyak yang meneriaki, mengingatkan dan mencegah. Demikian juga jika ada yang buang sampah sembarangan, mereka langsung mengingatkan. Kontrol seperti ini bisa jadi modal bagus untuk membangun negeri.
KETUJUH, ada CONTOH PERADABAN baru. Peradaban yang tertib, teratur dan aman. Begitu banyak manusia yang berkumpul disuatu tempat, bukan hanya puluhan, ratusan dan ribuan namun sudah jutaan orang. Namun semua bisa berjalan dengan begitu tertib. Tak ada Ada lampu yang dipecahkan, tak ada fasilitas publik yang dirusak.
Bahkan tak ada sampah yang menggunung atau berserakan karena mereka juga yang merapikan sampah-sampah itu. Sesungguhnya ini bisa menjadi contoh peradaban baru. Termasuk menjadi contoh bagi para kelompok masa lainnya yang suka mengaku paling pancasila dan paling toleran.
Momentum reuni 212 ini mestinya dijadikan modal sosial yang baik untuk membangun persaudaraan dan persatuan dalam kehidupan bernegara. Bukan sebaliknya dituduh membahayakan persatuan dengan 1001 alasan untuk bisa tetap nyinyir. Justru negara harus memanfaatkan momentum reuni 212 ini untuk memperkuat persaudaraan dan persatuan. Demi membangun negeri.
NB; Penulis pernah belajar pemerintahan di STPDN angkatan ke-04 dan IIP Jakarta angkatan ke-29 serta MIP-IIP Jakarta angkatan ke-08.
Oleh: Wahyudi al Maroky
(Dir. PAMONG Institute)
Source ; FB
TINGGALKAN KOMENTAR ANDA