Kenapa Ditembaknya Santoso usai Tito dilantik jadi Kapolri. Adakah agenda lain?
Santer berdedar kabar tentang tertembaknya terduga teroris Santoso.Hal ini menunjukan keseriusan pemerintahan negeri ini dalam menangani kasus terorisme. Meskipun demikian publik masih menyisakan pertanyaan besar terkait operasi santoso yang pada endingnya pujian terhadap kapolri baru Tito Karnavian.Ditembaknya Santoso sendiri usai Tito dilantik jadi Kapolri, untuk mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak kah...
Ada pertanyaan besar mencuat terkait operasi ini yaitu ;
- Kalau mampu dari dulu kenapa baru sekarang, adakah kepentingan tertentu dibalik tertembaknya santoso?
- Isu terorisme selama ini masih gencar digalakan , apakah ini bagian dari skenario untuk memuluskan UU Terorisme yang selama ini selalu ditolak berbagai kalangan.
Beberapa waktu lalu di Kota kecil Solo terjadi aksi teror yang dilakukan oleh Nur Rohman sehingga pihak-pihak yang ngotot terkait UU terorisme ini bermunculan. Tetapi masih saja belum bisa diterima masyarakat khususnya umat islam karena berbagai kejanggalan yang muncul. Salah satunya adalah pernyataan Tito Sendiri yang mengatakan bahwa Pelaku teror di solo sudah diburu sejak tahun 2000 , Padahal Nurohman sendiri dalam KTP nya tertera lahir pada tahun 1985. Itu Artinya Nur rohman sudah jadi teroris sejak umur 15 Tahun atau masih sekolah dasar. Aneh dan sangat memaksakan.
Baca Juga : Berbagai Kejanggalan dan keanehan berbagai kasus teroris di Indonesia
Sekarang operasi Santoso pasca dilantiknya kapolri baru, Bahkan Anggota Komisi III DPR RI, Sarifuddin Sudding sendiri menyatakan tewasnya gembong teroris Santoso dalam operasi Tinombala memunculkan banyak pertanyaan yang harus dijawab oleh Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian.
"Saya kira banyak pertanyaan muncul kenapa baru sekarang Santoso bisa ditembak, kenapa tidak dari dulu?," kata Sudding di Gedung DPR RI, Senayan Jakarta, Selasa (19/7).
Pertanyaan lainnya, lanjut politikus Partai Hanura ini, terkait banyaknya jumlah personel TNI dan Polri yang dikerahkan ke Poso untuk memburu puluhan kelompok Santoso.
"Ada 3000-an personel TNI Polri dikerahkan mengejar Santoso dan kawan-kawannya. Kok sangat sulit sekali? Pengerahan ribuan personel untuk memburu 21 orang jadi pertanyaan besar buat saya," ujar dia.
Wakil rakyat dari daerah pemilihan Sulawesi Tengah itu juga menduga, ditembaknya Santoso adalah upaya dari Tito sebagai Kapolri baru untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat.
"Bisa jadi tertembaknya Santoso usai Tito dilantik jadi Kapolri untuk mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak. Dari dulu selalu dikatakan, sudah teridentifikasi, tinggal menunggu waktu dan sekarang baru ditangkap," kata Sudding.
Baca Juga : Jika Santoso Sudah Tewas, Apakah Operasi Tinombala masih berlanjut terus ?
Terlepas dari ada atau tidaknya rekayasa penembakan Santoso, Sudding menyatakan apresiasi terhadap kinerja Polri dan TNI.
"Tapi saya sangat apresiasi dan hargai kinerja TNI Polri. Tapi di sisi lain, pertanyaan masyarakat tidak bisa dikesampingkan. Kasus ini segera dituntaskan karena berkaitan dengan wilayah yang terstigma sebagai wilayah konflik," pungkas Sudding.
Janji Tito jelang pencalonan Kapolri
Sedikitnya, ada tiga poin utama yang akan dilakukan Tito saat menjabat Kapolri.
Pertama, memberikan pemahaman, khususnya kepada anggota Detasemen Khusus 88 tentang HAM dengan bekerja sama dengan lembaga terkait, misalnya Komnas HAM.
Kedua, memberi brief dan pemahaman kepada para anggota Densus 88 dengan para senior.
“Saya kan mantan Kadensus ya. Biar mereka lebih berhati-hati dalam menggunakan kekuatan yang kekerasan,” kata Tito di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (23/6/2016).
Ketiga, lanjut Tito, memberi pemahaman kepada anggota untuk menghilangkan rasa takut mereka. Rasa takut menurutnya sangat berbahaya karena akan membuat lawan menjadi lebih leluasa melakukan aksinya.
“Kami larang mereka melakukan kekerasan, tapi lawan mereka (yang) melakukan kekerasan. Mereka jadi patah hati nanti,” kata mantan Kapolda Metro Jaya itu.
Namun, perlawanan keras terhadap teroris, kata dia, tetap perlu diberlakukan dalam kondisi-kondisi tertentu.
Kronologi Penangkapan
Baku tembak antara kelompok sipil bersenjata pimpinan Santoso alias Abu Wardah dan Satuan Tugas Tinombala di Poso kembali pecah, Senin, 18 Juli 2016. Dalam peristiwa tersebut, dikabarkan dua orang dari kelompok Santoso tewas, termasuk seorang perempuan.
Baca Juga : Ekslusif wawancara, Pengakuan Santoso sungguh menampar pihak aparat.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, kontak senjata terjadi sekitar pukul 17.00 Wita di pegunungan Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Info yang beredar, salah satu orang yang tewas mirip Santoso. Sedangkan satunya adalah wanita yang belum diketahui identitasnya. Sepucuk senjata laras panjang jenis M16 ditemukan dalam baku tembak tersebut.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Ajun Komisaris Besar Hari Suprapto yang dikonfirmasi belum bisa memastikan kebenaran peristiwa tersebut karena informasi itu muncul dari media sosial. Namun Hari membenarkan bahwa Satuan Tugas Tinombala saat ini sedang berada di wilayah itu.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengaku belum bisa memastikan identitas dua teroris yang tertembak itu. Namun dari ciri-ciri fisik sementara, satu di antaranya gembong teroris yang paling dicari yakni Santoso.
“Memang ada tanda-tanda tahi lalat di dahinya yang menjadi ciri khas Santoso,” ungkapnya.
Kendati demikian, pihaknya tak mau menyimpulkan terlalu dini. Pasalnya jasad terduga teroris masih dalam tahap evakuasi untuk dilakukan identifikasi.”Ya mudah-mudahan itu yang bersangkutan (Santoso),” katanya.
Memang sampai kapanpun Isu terorisme layaknya menu siap saji yang akan terus digoreng oleh pihak yang pintar menggorengnya. Layaknya penyakit yang sengaja dipelihara jadi siapa saj yang punya obatnya akan laris-manis terjual.
Akankah operasi penembakan Santoso ini terkait Revisi UU Terorisme yang selalu di tolak oleh umat islam?
Baca Juga : Alasan kuat Mengapa UU Terorisme dan revisinya membidik Islam?
Akankah UU terorisme adalah upaya pihak anti islam untuk membungkam ormas-ormas islam yang selama ini melakukan kritik terhadap kebijakan pemerintah negeri ini yang tidak berpihak kepada Islam?
Selanjutnya apakah Amerika dan sekutunya sudah kwalahan menghadapi umat islam sehingga menggunakan berbagai cara murahan yang mudah ditebak oleh berbagai pihak. Sedangkan diwaksu yang sama tuntutan penerepan hukum islam skala negara semakin menggelora seantero negeri bahkan dunia yang sudah membuat gerah barat dan sekutunya termasuk antek-anteknya karena dengan Sistem khilafah Islamiyah akan mengancam kepentingan-kepentingan mereka .
Baca Juga :
Wallahualam...
Ada pertanyaan besar mencuat terkait operasi ini yaitu ;
- Kalau mampu dari dulu kenapa baru sekarang, adakah kepentingan tertentu dibalik tertembaknya santoso?
- Isu terorisme selama ini masih gencar digalakan , apakah ini bagian dari skenario untuk memuluskan UU Terorisme yang selama ini selalu ditolak berbagai kalangan.
Beberapa waktu lalu di Kota kecil Solo terjadi aksi teror yang dilakukan oleh Nur Rohman sehingga pihak-pihak yang ngotot terkait UU terorisme ini bermunculan. Tetapi masih saja belum bisa diterima masyarakat khususnya umat islam karena berbagai kejanggalan yang muncul. Salah satunya adalah pernyataan Tito Sendiri yang mengatakan bahwa Pelaku teror di solo sudah diburu sejak tahun 2000 , Padahal Nurohman sendiri dalam KTP nya tertera lahir pada tahun 1985. Itu Artinya Nur rohman sudah jadi teroris sejak umur 15 Tahun atau masih sekolah dasar. Aneh dan sangat memaksakan.
Baca Juga : Berbagai Kejanggalan dan keanehan berbagai kasus teroris di Indonesia
Sekarang operasi Santoso pasca dilantiknya kapolri baru, Bahkan Anggota Komisi III DPR RI, Sarifuddin Sudding sendiri menyatakan tewasnya gembong teroris Santoso dalam operasi Tinombala memunculkan banyak pertanyaan yang harus dijawab oleh Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian.
"Saya kira banyak pertanyaan muncul kenapa baru sekarang Santoso bisa ditembak, kenapa tidak dari dulu?," kata Sudding di Gedung DPR RI, Senayan Jakarta, Selasa (19/7).
Pertanyaan lainnya, lanjut politikus Partai Hanura ini, terkait banyaknya jumlah personel TNI dan Polri yang dikerahkan ke Poso untuk memburu puluhan kelompok Santoso.
"Ada 3000-an personel TNI Polri dikerahkan mengejar Santoso dan kawan-kawannya. Kok sangat sulit sekali? Pengerahan ribuan personel untuk memburu 21 orang jadi pertanyaan besar buat saya," ujar dia.
Wakil rakyat dari daerah pemilihan Sulawesi Tengah itu juga menduga, ditembaknya Santoso adalah upaya dari Tito sebagai Kapolri baru untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat.
"Bisa jadi tertembaknya Santoso usai Tito dilantik jadi Kapolri untuk mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak. Dari dulu selalu dikatakan, sudah teridentifikasi, tinggal menunggu waktu dan sekarang baru ditangkap," kata Sudding.
Baca Juga : Jika Santoso Sudah Tewas, Apakah Operasi Tinombala masih berlanjut terus ?
Terlepas dari ada atau tidaknya rekayasa penembakan Santoso, Sudding menyatakan apresiasi terhadap kinerja Polri dan TNI.
"Tapi saya sangat apresiasi dan hargai kinerja TNI Polri. Tapi di sisi lain, pertanyaan masyarakat tidak bisa dikesampingkan. Kasus ini segera dituntaskan karena berkaitan dengan wilayah yang terstigma sebagai wilayah konflik," pungkas Sudding.
Janji Tito jelang pencalonan Kapolri
Sedikitnya, ada tiga poin utama yang akan dilakukan Tito saat menjabat Kapolri.
Pertama, memberikan pemahaman, khususnya kepada anggota Detasemen Khusus 88 tentang HAM dengan bekerja sama dengan lembaga terkait, misalnya Komnas HAM.
Kedua, memberi brief dan pemahaman kepada para anggota Densus 88 dengan para senior.
“Saya kan mantan Kadensus ya. Biar mereka lebih berhati-hati dalam menggunakan kekuatan yang kekerasan,” kata Tito di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (23/6/2016).
Ketiga, lanjut Tito, memberi pemahaman kepada anggota untuk menghilangkan rasa takut mereka. Rasa takut menurutnya sangat berbahaya karena akan membuat lawan menjadi lebih leluasa melakukan aksinya.
“Kami larang mereka melakukan kekerasan, tapi lawan mereka (yang) melakukan kekerasan. Mereka jadi patah hati nanti,” kata mantan Kapolda Metro Jaya itu.
Namun, perlawanan keras terhadap teroris, kata dia, tetap perlu diberlakukan dalam kondisi-kondisi tertentu.
Kronologi Penangkapan
Baku tembak antara kelompok sipil bersenjata pimpinan Santoso alias Abu Wardah dan Satuan Tugas Tinombala di Poso kembali pecah, Senin, 18 Juli 2016. Dalam peristiwa tersebut, dikabarkan dua orang dari kelompok Santoso tewas, termasuk seorang perempuan.
Baca Juga : Ekslusif wawancara, Pengakuan Santoso sungguh menampar pihak aparat.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, kontak senjata terjadi sekitar pukul 17.00 Wita di pegunungan Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Info yang beredar, salah satu orang yang tewas mirip Santoso. Sedangkan satunya adalah wanita yang belum diketahui identitasnya. Sepucuk senjata laras panjang jenis M16 ditemukan dalam baku tembak tersebut.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Ajun Komisaris Besar Hari Suprapto yang dikonfirmasi belum bisa memastikan kebenaran peristiwa tersebut karena informasi itu muncul dari media sosial. Namun Hari membenarkan bahwa Satuan Tugas Tinombala saat ini sedang berada di wilayah itu.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengaku belum bisa memastikan identitas dua teroris yang tertembak itu. Namun dari ciri-ciri fisik sementara, satu di antaranya gembong teroris yang paling dicari yakni Santoso.
“Memang ada tanda-tanda tahi lalat di dahinya yang menjadi ciri khas Santoso,” ungkapnya.
Kendati demikian, pihaknya tak mau menyimpulkan terlalu dini. Pasalnya jasad terduga teroris masih dalam tahap evakuasi untuk dilakukan identifikasi.”Ya mudah-mudahan itu yang bersangkutan (Santoso),” katanya.
Memang sampai kapanpun Isu terorisme layaknya menu siap saji yang akan terus digoreng oleh pihak yang pintar menggorengnya. Layaknya penyakit yang sengaja dipelihara jadi siapa saj yang punya obatnya akan laris-manis terjual.
Akankah operasi penembakan Santoso ini terkait Revisi UU Terorisme yang selalu di tolak oleh umat islam?
Baca Juga : Alasan kuat Mengapa UU Terorisme dan revisinya membidik Islam?
Akankah UU terorisme adalah upaya pihak anti islam untuk membungkam ormas-ormas islam yang selama ini melakukan kritik terhadap kebijakan pemerintah negeri ini yang tidak berpihak kepada Islam?
Selanjutnya apakah Amerika dan sekutunya sudah kwalahan menghadapi umat islam sehingga menggunakan berbagai cara murahan yang mudah ditebak oleh berbagai pihak. Sedangkan diwaksu yang sama tuntutan penerepan hukum islam skala negara semakin menggelora seantero negeri bahkan dunia yang sudah membuat gerah barat dan sekutunya termasuk antek-anteknya karena dengan Sistem khilafah Islamiyah akan mengancam kepentingan-kepentingan mereka .
Baca Juga :
Ketika KHILAFAH menjadi mimpi buruk kaum barat
Wallahualam...
TINGGALKAN KOMENTAR ANDA