BLOW-UP CAMPUR RACUN syarat kepentingan pihak-pihak tertentu.

Umat islam purwakarta resah karena ulah Bupatinya yang menyemarakan praktik kesyirikan berupa Patung yang bertengger di jalan utama, sehingga jati diri Purwakarta yang dikenal dengan Kota santri berubah menjadi kota patung... Patung-patung tersebut dibuat dengan biaya mahal sampai jutaan rupiah.

Contohnya adalah patung “Tiga Mojang” setinggi 17 meter yang dibuat oleh pemahat Bali menghabiskan dana 2,4 milyar rupiah. Bayangkan uang sebanyak itu dihabiskan untuk membuat patung yang dikemudian hari berkemungkinan disembah orang kebanyakan.

Dalam catatan selama ini, meski daerahnya bermayoritas muslim, Pemkab Purwakarta tergolong hobi mendirikan berhala agama Hindu. Kasus ini bukan saja kali ini terjadi. Tahun lalu, 9 Agustus 2010, Forum Umat Islam sudah meminta Pemkab merobohkan Patung Bima di tengah Kota. Dan hari ini umat muslim sudah tidak bisa lagi diam. Diantara berbagai berhala yang diruntuhkan umat muslim hari ini, tercatat mendera empat patung Hindu, yakni GatotKaca, Semar, Dharma Kusumah, dan Bima.
Tentu saja peristiwa perubuhan patung ini yang disorot oleh media massa. Dengan demikian, tercapailah keinginan mereka untuk menggambarkan bahwa umat Islam di Purwakarta adalah umat Islam yang ekstrimis dan berasal dari aliran keras. Sehingga muncullah tuduhan bahwa agama Islam sudah dibajak oleh ormas-ormas dan pesantren-pesantren yang ekstrimis itu.

Ormas-ormas Islam dan pesantren-pesantren setempat telah menyampaikan keberatan sebelum pihak pemerintah setempat membangun patung tersebut. Tapi protes tersebut tidak digubris oleh Bupati Purwakarta, sehingga membuat kekesalan mereka semakin memuncak. Jadi ketika patung itu telah selesai didirikan, maka pihak ormas Islam dan pesantren merubuhkan patung tersebut
Upaya memblow-up campur racun

Dan sekarang muncul kembali polemik tersebut yang melibatkan Bupati Dedi mulyadi dengan Habib Rizieq yang mewakili umat islam. Banyak beredar berita simpang siur yang sengaja di arahkan sesuai frame media sekuler anti islam. Pemberitaan tak berimbang dan terkesan rekayasa diberitakan secara masif yang justru dalam hal ini memojokan umat islam. Bahkan di gambarkan kalau umat islam akan menggeser tradisi lokal.Upaya tersebut terendus dengan dilaporkannya Habib Rizieq ke Polisi dengan tuduhan menghina adat setempat karena memplesetkan Sampur rasun Menjadi Campur racun.

Agar tidak termakan oleh misi Adu Domba antara Adat vs Syariat, maka kita perlu meneliti Ceramah Habib Rizieq ini secara lengkap.
Habib Rizieq Ceramah di hadapan puluhan Ribu Masyarakat Sunda, semua antusias, gema takbir dan sholawat selalu terdengar, tidak ada yang tersinggung, karena mereka MENYIMAK ceramah, dan tahu betul Habib Rizieq sedang bela Aqidah dan Syariat yang ingin dirusak oleh Bupati Purwakarta., Sehingga Habib bukan hina adat.
Mereka yang protes itu "BY DESIGN", Penuh Rekayasa, buktinya ceramah 2 jam diedit jadi 43 detik hanya pada bagian yang bisa mereka jadika celah untuk provokasi masyarakat. Itu namanya licik dan culas serta provokatif
Ketua DPD Front Pembela Islam (FPI) Jawa Barat, KH Abdul Kohar mengklarifikasi bahwa ceramah Imam Besar FPI Habib Rizieq di Purwakarta beberapa waktu lalu itu tidak dalam rangka melecehkan adat Sunda seperti yang dituduhkan sejumlah organisasi sunda.

Seperti diketahui, Angkatan Muda Siliwangi melaporkan Habib Rizieq ke Polda Jabar atas tuduhan penghinaan dan pelecehan terhadap budaya sunda. Habib Rizieq dituduh telah memplesetkan salam orang Sunda 'sampurasun' menjadi 'campur racun'.
Sedangkan AMS sendiri adalah salah satu organisasi punya kedekatan erat pada Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.

Siapakah Dedi Mulyadi







           Menurut wikipedia.org H. Dedi MulyadiS.H.  (lahir di Desa Sukasari, Kecamatan Dawuan,Kabupaten Subang11 April 1971; umur 44 tahun) adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara. Ayahnya, Sahlin Ahmad Suryana adalah seorang pensiunan Tentara Prajurit Kader yang dipensiunkan muda pada usia 28 tahun akibat terkena racun tentara Belanda. Sementara ibunya, Karsiti adalah aktivis Palang Merah Indonesia. Ia adalah seorang politikus yang dalam usia muda (37 tahun) sudah menjabat sebagai Bupati Purwakarta. Dilantik pada tanggal 13 Maret 2008. Sebelum jadi Bupati, Dedi Mulyadi menjabat sebagai Wakil Bupati Purwakarta pada periode (2003-2008) bersama Lily Hambali Hasan. Pada Pilkada 2013, Dedi Mulyadi terpilih kembali menjadi BupatiPurwakarta untuk periode 2013-2018 berpasangan dengan Dadan Koswara.

Karier Politik & Organisasi

Dedi Mulyadi terjun ke dunia politik dimulai ketika ia terpilih menjadi AnggotaDPRD Purwakarta pada Periode 1999-2004 dan menjabat sebagai Ketua Komisi E. Akan tetapi pada tahun 2003, ia terpilih sebagai Wakil BupatiPurwakarta Periode 2003-2008 berpasangan dengan Lily Hambali Hasan. Pada tahun 2008, ia mencalonkan diri sebagai Bupati  Purwakarta Periode2008-2013 berpasangan dengan Dudung B. Supardi, dan menjadi BupatiPurwakarta pertama yang dipilih langsung oleh rakyat. Pada periode selanjutnya, ia terpilih kembali menjadi Bupati Purwakarta Periode 2013-2018berpasangan dengan Dadan Koswara.

Jabatan yg pernah diduduki Dedi Mulyadi adalah Ketua Umum HMI Cabang Purwakarta, Senat Mahasiswa STH Purnawarman Purwakarta (1994), Wakil Ketua DPC FSPSI (1997), Sekretaris PP SPTSK KSPSI (1998), Wakil Ketua GM FKPPI Tahun (2002), Ketua PC Pemuda Muslimin Indonesia (2002), Sekretaris KAHMI Purwakarta (2002), Ketua Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Purwakarta (2005-2015), Wakil Bupati Purwakarta (2003-2008) dan Ketua DPC Partai Golkar Purwakarta (2004-2007).
Laporan AMS tersebut disinyalir hanya akal-akalan kubu Dedi Mulyadi yang merasa kebakaran jenggot dengan Ceramah Habib Rizieq di Purwakarta yang lalu. Sebab, di dalam ceramahnya Imam Besar FPI tersebut banyak mengkritisi perbuatan – perbuatan syirik Dedi Mulyadi. 

Diantaranya:

1. Semakin banyaknya patung-patung yang didirikan
2. Mengganti Assalamu’alaikum menjadi Sampurasun
3. Menyebut faktor kecelakaan di Tol Cipali adalah tidak menyebut nama Prabu Siliwangi
4. Mengaku telah menikah dengan Nyi Roro Kidul
5. Menistakan AlQur’an dengan mensejajarkannya dengan suara Seruling anak Gembala

"Kami dari DPD FPI Jawa Barat ingin menegaskan, terkhusus pada keluarga besar umat Islam di tataran sunda bahwa tidak betul Habib Rizieq pada ceramah di Purwakarta itu melecehkan sapaan sunda yang terhormat, 'sampuran' jadi 'campur racun', itu sama sekali tidak benar," ujar Kyai Kohar saat dihubungi Suara Islam Online, Rabu (25/11/2015).

Menurutnya, ceramah Habib Rizieq isinya hanya ingin menyelamatkan umat Islam Purwakarta dari berbagai hal yang mengarahkan pada perusakan akidah. "Kami punya bukti rekaman ceramah yang utuh, kemudian video berdurasi 43 detik yang dianggap melecehkan itu bisa saja diedit dan dengan sengaja poinnya diarahkan kedalam fitnah besar," kata Kyai Kohar.


Ia menjelaskan, yang dipermasalahkan sebenarnya itu adalah upaya Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang sedang mengkampanyekan salam 'sampurasun' sebagai ganti 'assalamualaikum'. Itu yang dianggap sedang meracuni akidah umat Islam. Karena itulah, para ulama di Purwakarta menilai tindakan Bupati yang sedang meracuni akidah itu dikatakan sebagai 'campur racun'.

"Kata-kata 'campur racun' sendiri itu keluar dari para ulama Purwakarta dalam diskusi sebelum ceramah Habib Rizieq, saya jadi saksinya karena ikut disitu," ungkapnya.

Jadi, kata dia, ajakan dari Bupati Dedi yang mengkampanyekan 'sampurasun' untuk menggeser 'assalamuaikum' itu adalah racun yang bisa meracuni akidah umat Islam, sehingga muncullah kata-kata dari para ulama Purwakarta yaitu 'campur racun' itu.

"Jadi bukan plesetan 'sampurasun' jadi 'campur racun' dalam konteks menghina sapaan sunda, bukan itu. Maksudnya kampanye Bupati Dedi yang mengkampenyekan 'sampurasun' sebagai pengganti 'assalamualaikum' yang diperintahkan Allah dan RasulNya itulah yang dianggap para ulama Purwakarta sebagai racun akidah," jelasnya.

Salam 'sampurasun' sendiri itu tidak ada masalah. "Selama budaya tidak melanggar akidah dan syariat itu baik-baik saja," ucapnya.
Oleh karena itu, Kyai Kohar sudah menyampaikan kepada pengurus DPW FPI Purwakarta agar mendatangi pihak pelapor untuk klarifikasi. Kepada pihak pelapor, Kyai Kohar juga menyerukan agar mengedepankan tabayyun terlebih dahulu sebelum bertindak.

"Harus dipastikan bahwa ini jangan sampai ditunggangi oleh pihak ketiga yang bisa memanfaatkan suasana adu domba antara adat dengan syariat," pungkasnya.(FPI)

Post : lemahirengmedia.com
Semua artikel bersifat dinamis karena sewaktu-waktu akan mengalami perubahan data/sumber/analisa dan lainnya demi keakuratan dan obyektifitas informasi.

Tidak ada komentar

Copyright © . Lemahireng Info All Right Reserved -
Diberdayakan oleh Blogger.