Terungkapnya fakta baru penyebab di balik bencana longsor Banjarnegara...

Ingatkah anda berita yang beredar kemarin tentang warga Jemblung Banjarnegara yang memperebutkan air dalam ember yang sebelumnya digunakan Jokowi untuk mencuci tangan dan kaki, serta membersihkan lumpur yang melekat di sepatunya?.


Yupss..Mereka ngalap berkah dengan membasuh muka dari air sisa cuci tangan Jokowi. Padahal ngalap berkah dari mahluk merupakan bentuk Syirik Akbar dalam Islam. Inilah sebenarnya salah satu hal yang menyebabkan tanah longsor di Banjarnegara yakni dengan diawali longsornya keimanan masyarakat di daerah tersebut.

Indonesia yang berpenduduk mayoritas Muslim ini mengapa kembali dirundung bencana? bukan tanpa alasan setidaknya Romi, salah seorang relawan kemanusiaan dari LSM Emergency and Crisis Response (ECR) yang turut melakukan evakuasi korban di lokasi bencana, menyingkap kisah di balik musibah besar tersebut.

Menurutnya, berdasarkan informasi dari warga sekitar, di desa tersebut begitu merajalela kemaksiatan dan kemusyrikan.

“Ya kalau menurut warga sekitar, di sana terkenal dengan klenik dan judi sabung ayam, malah akhir-akhir ini juga marak berdiri karaoke. Jadi tempat itu sudah terkenal dengan kondisi seperti itu,” kata Romi
“Ya kalau menurut warga sekitar, di sana terkenal dengan klenik dan judi sabung ayam, malah akhir-akhir ini juga marak berdiri karaoke. Jadi tempat itu sudah terkenal dengan kondisi seperti itu,” kata Romi dalam rilis Panjimas.com.

Selain itu, Romi juga menambahkan, bahwa dari cerita salah seorang warga yang selamat dalam bencana itu, kejadian longsor di Dusun Jemblung yang terjadi menjelang Maghrib itu, tak seperti lazimnya bencana tanah longsor. “Kesaksian warga, ada korban yang selamat itu katanya tanah yang longsor itu seperti dimixer, kayak seperti bukan tanah longsor biasanya,” imbuhnya.

“Tangan Allah” Ditengah Musibah

Bencana longsor di banjarnegara menyedot begitu banyak perhatian di medsos, di tengah jutaan keprihatinan warga  tak luput  takjub yang luar biasa setelah melihat foto sebuah rumah yang banyak menghias wall Facebook bahkan beberapa media online mengabarkannya.


Diberitakan sebelumnya bahwa rumah itu adalah rumah milik seorang ustadz atau guru ngaji disana. Rupanya rumah itu milik seorang Ibu yang sedang hamil anak keduanya. Hal ini pun membuat  beberapa media penasaran siapa sebenarnya orang beruntung itu? hamba Allah beserta rumahnya yang telah diselamatkan Allah SWT.

Berikut ini tulisan kami kutip dari hasil wawancara Tim Arrahman Peduli di Lokasi Pengungsian, oleh Ust As’ad Arasy dan Ust Jasmin bersama bapak Sutarjo, semoga menjadi ‘Ibrah kita semua…

“Selain menjaga shalat lima waktunya, dia juga rajin bangun malam, shalat tahajjud. Hampir tidak pernah ditinggalkan. Suaminya (alm) yang malah jarang tahajjud, cuma selalu ke masjid shalat jama’ah” ungkap Pak Sutarjo
*Bapak Sutarjo adalah ayah dari Ibu Khatimah, yang ditinggal mati istrinya dalam musibah ini.

*Ibu Khatimah; Guru ngaji Desa Jemblung yang selamat bersama anak laki-lakinya.

*Reporter AQL Peduli; As’ad Arasy menyampaikan kondisi ibu khatimah saat itu agak sedikit terganggu keadaan psikologisnya, sehingga belum bisa diwawancarai sehingga Bapak Sutarjolah yang bercerita. Beliau sangat bersedih ditinggal pergi istri dan menantunya. Beliau pun sangat bersyukur diselamatkan Allah bersama dua anak perempuannya dan satu cucu laki-lakinya.

Saat ditanya benarkah anak bapak sebagai guru Al-Qur’an (baca; guru ngaji)? Masih dalam rasa sedih yang mendalam, beliau menjawab:

“Yah, betul. Anak saya Khatimah kerjanya sehari-hari berkebun bersama suaminya, ngajar ngaji (baca Al-Qur’an) setiap Jum’at Sore. Muridnya ada enam atau tujuh orang, semuanya masih kecil belum tamat SD.


Saat musibah kemaren, kan waktunya sore yah sekitar jam setengah enam gitu. Murid-murid Ibu Khatimah (25thn) pada meninggal pas baru pulang dari rumah sini habis ngaji. Khatimah sendiri saat itu lagi di kebun, dia langsung lari ke dalam rumah bersama anaknya (7thn) saya. Sedangkan suaminya meninggal”. Jelas Bapak Sutarjo (56thn).

Ust As’ad melanjutkan pertanyaannya: “Apa amalan lainnya pak yang rutin dikerjakan Ibu Khatimah pak?”
Pak Sutarjo lalu menjawab:”Selain menjaga shalat lima waktunya, dia juga rajin bangun malam, shalat tahajjud. Hampir tidak pernah ditinggalkan. Suaminya (alm) yang malah jarang tahajjud, cuma selalu ke masjid shalat jama’ah.

Dia (Ibu Khatimah) semangatnya untuk mengajarkan Al-Qur’an begitu tinggi, walaupun bacaan qur’annya sendiri masih belum terlalu bagus. Anak-anak pun semangat belajar ngaji darinya. Terakhir, Bapak Sutarjo sangat berharap akan bantuan dari pemerintah seperti makanan, pakaian, bahkan tempat tinggal.

Rumahnya Sering Dipakai Pengajian.

Kesaksian datang dari dua tetangga Juan (Suami Ibu Khatimah), Yono dan Rumiyah memastikan soal ini. Juan memang dikenal sebagai orang baik yang memberi bantuan tanpa pamrih.

“Itu punya Juan, dia orangnya baik suka menolong. Suka bantu-bantu,” jelas Rumiyah yang ditemui di pengungsian di Karangkobar, Rumiyah yang rumahnya berada berseberangan dengan rumah Juan mengaku melihat rumah Juan yang utuh sebagai sebuah keajaiban. “Itu semua keajaiban, itu semua rumah di sekitarnya kena longsor,” jelasnya. Sedang menurut Yono, sosok Juan dikenal sebagai tetangga yang baik. Rumah dia juga kerap dipakai pengajian. “Biasa di kampung dipakai pengajian, selamatan,” jelas Yono.

“Itu semua keajaiban, itu semua rumah di sekitarnya kena longsor,” jelasnya.
Juan diketahui meninggal dunia dalam peristiwa ini. Dia dan anaknya Daffa (8) saat peristiwa terjadi tengah berada di luar rumah, di tempat orangtuanya. Keduanya tertimbun longsoran. Namun istrinya Khotimah selamat dalam insiden itu. Khotimah tengah hamil tujuh bulan dan kini ada di pengungsian. Khotimah saat peristiwa terjadi berada di rumah
Sedang menurut Yono, sosok Juan dikenal sebagai tetangga yang baik. Rumah dia juga kerap dipakai pengajian. “Biasa di kampung dipakai pengajian, selamatan,” jelas Yono.

Juan diketahui meninggal dunia dalam peristiwa ini. Dia dan anaknya Daffa (8) saat peristiwa terjadi tengah berada di luar rumah, di tempat orangtuanya. Keduanya tertimbun longsoran. Namun istrinya Khotimah selamat dalam insiden itu. Khotimah tengah hamil tujuh bulan dan kini ada di pengungsian. Khotimah saat peristiwa terjadi berada di rumah.

Beberapa Jasad Bau Wangi dan Masih Utuh

Pemakaman massal pun dilaksanakan. Ada peristiwa tak biasa saat pemakaman dilakukan. Peristiwa itu dialami Iwan Suwandi (45 tahun), warga Dusun Aliyan, Desa Ambal. Sebagai koordinator pemakaman korban longsor, Iwan mengetahui detail satu demi satu jenazah yang dikuburkan sejak empat hari lalu. Mulai dari keanehan jenazah tanpa kepala, kehilangan kaki dan tangan, hingga bau menyengat jenazah saat dimasukkan ke liang lahat.

Dari puluhan korban yang telah dikuburkan, ada dua pemakaman jenazah yang sampai sekarang menjadi tanda tanya dan misteri baginya. Keanehan itu terjadi tatkala Iwan menguburkan jenazah bernama Burham (50 tahun) dan Ahmad Fauzi (30 tahun) pada Senin, 14 Desember 2014.

Jenazah yang ditemukan pada evakuasi hari ketiga itu, kata Iwan, mengeluarkan bau yang berbeda dibanding jenazah lain. Meski kondisi tubuhnya telah hancur tertimpa timbunan tanah sejak Jumat pekan lalu.
“Dikuburkan di liang bersebelahan, tapi baunya sama, bukan bau obat tapi wangi menyengat seperti bunga,” kata Iwan sambil menunjuk dua gundukan tanah yang merupakan makam kedua korban.

Satu lagi korban yang memiliki keanehan saat hendak dikuburkan. Jenazah itu bernama Klimah dan Diana. Mereka adalah ibu dan anak yang ditemukan lima hari setelah longsor.
Jasad keduanya masih sangat utuh dan bersih. Bau wewangian khas bunga melati semerbak saat pemakaman ibu dan anak itu.

“Itu dikuburkan kemarin sore. Saya heran sekali, jasadnya nggak bau, badan utuh, tidak ada bercak darah, padahal tertimpa reruntuhan,” ujar Iwan, sesekali mengucapkan kalimat istighfar. Karena melihat keistimewaan jenazah keduanya, Iwan sengaja meminta agar kedua korban dikuburkan dalam satu liang lahat.

“Ini adalah keajaiban Tuhan. Padahal yang lain kondisi tubuhnya banyak yang tidak utuh dan menyengat. Tapi penguburan ibu anak ini, saya bahkan tak pakai masker,” kata Iwan.
“Ini adalah keajaiban Tuhan. Padahal yang lain kondisi tubuhnya banyak yang tidak utuh dan menyengat. Tapi penguburan ibu anak ini, saya bahkan tak pakai masker,” kata Iwan.

Menurutnya, dalam satu lubang makam, biasanya ditempatkan dua atau maksimal empat jenazah. Kemudian makam itu akan ditandai dengan nisan sederhana dari kayu balok bertulis nama-nama jenazah.

Iwan adalah satu-satunya penggali kubur warga asli Aliyan. Rumahnya berada seratus meter dari pemakaman umum tersebut. Kisah misteri yang dialami Iwan bahkan tidak akan terlupa seumur hidup. “Kita yang masih hidup, semoga bisa ambil hikmah atas tanda kekuasaan Tuhan ini,” ujar Iwan. (panji/viva/AMD)
( Sharia.co.id)
----- INDONESIA MILIK ALLAH -----
 "Media lokal yang menggali dan mengangkat potensi masyarakat bawah"

Tidak ada komentar

Copyright © . Lemahireng Info All Right Reserved -
Diberdayakan oleh Blogger.