180 derajat . Beda sikap antara GP ANSOR & FPI terkait pembakaran Masjid di Papua

Tolikara, Papua. Terkait pemberitaan Masjid dan sejumlah kios milik muslim yang di bakar oleh massa Gereja Injili di Papua menuai protes keras dari berbagai kalangan umat islam.Diantaranya adalah dua figur tokoh nasional yang menjadi pentolan organisasi dakwah islam di indonesia. Mereka mengeluarkan pernyataannya di publik sebagai respon atas derita umat islam di Papua.


Baca juga : Luka mendalam bagi umat islam meskipun pihak Gereja minta maaf


Ada yang menarik di sini karena pernyataan mereka secara tidak langsung mewakili sikap organisasi yang di pimpinnya.Ternyata GP ANSOR yang di wakili Nusron wahid dan Habib riziq yang mewakili FPI beda sikap dalam menyikapi pembakaran masjid di Papua oleh massa pihak Gereja Injili. Sebenarnya sikap mereka sama-sama mengecam kejadian ini tetapi terkait ketegasan sikap mereka sangat berbeda jauh bahkan bisa di katakan 180 derajat berkebalikan.


Sebenarnya Masyarakat sudah paham dengan sendirinya karena latar belakang dua organisasi ini sangat jelas orientasinya. Dalam gerak dakwahnya selama ini ada yang menjaga gereja dengan alasan toleransi dan ada yang memprotes keras maraknya Gereja karena liar dan meresahkan umat islam.

FPI : Tangkap Pembakar Masjid di Papua atau Jihadis akan Turun !!

Habib rizieq dengan tegas menyatakan seruan kepada pemerintah dalam hal ini adalah TNI POLRI untuk sesegera mungkin menangkap pembakar masjid di papua atau kalau tidak jihadis akan turun. Seperti yang di lansir oleh Republika di bawah ini.

 Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) mengutuk keras tindakan sekelompok massa umat Nasrani menyerang jemaah umat Islam yang sedang melaksanakan shalat Idul Fitri di halaman Koramil 1702/JWY, Kabupaten Tolikara, Papua, Jumat (17/7/2015).

"Itu perbuatan BIADAB..!!! Mereka KAFIR HARBI yang harus dibasmi..!!! Mereka telah menodai Agama, Bangsa dan Negara !!!" tegas Habib Rizieq melalui pesannya yang diterima Suara Islam Online, Jumat (17/7)

Habib Rizieq menyerukan kepada Pemerintah RI, khususnya aparat pertahanan dan keamanan, yaitu TNI dan POLRI, untuk segera mengambil tindakan tegas terhadap para perusuh yang telah membakar Masjid dan menjarah pasar umat Islam di Papua, sehingga berjatuhan korban dari umat Islam pada Jum'at pagi di Hari Raya Idul Fithri 1436 H.

"Termasuk seluruh pengurus Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) Badan Pekerja Wilayah Toli - Papua yang telah memprovokasi masyarakat Kristen Papua melalui Surat Edaran tertanggal 11 Juli 2015 yang ditanda tangani Pdt.Navus Wenda dan Pdt.Marthen Jingga, yang melarang Perayaan Idul Fitri bagi umat Islam dan Pemakaian Jilbab bagi muslimah di seluruh Wilayah Tolikara-Papua," tambahnya.

"Begitu juga para MISSIONARIS ASING yang selama ini terlibat bekerja-sama dengan GIDI. Tangkap mereka..!!!" tambahnya kemudian.

Habib Rizieq juga menyerukan agar jangan sampai lebih dari 2 x 24 jam, para perusuh dan para aktor intelektualnya serta misionaris asing yang terlibat, harus segera ditangkap.

"Sebelum para JIHADIS dari seluruh pelosok Tanah Air turun ke Papua untuk mengeksekusi mereka dengan prinsip : Luka dibayar dengan Luka, dan Darah dibayar dengan Darah, serta Nyawa dibayar dengan Nyawa." pungkasnya.


GP ANSOR "Jangan sampai ini meluas menjadi  konflik agama"


Sedangkan Nusron wahid sebagai ketua umum GP ANSOR justru mengeluarkan pernyataan yang mengenaskan yaitu jangan sampai tragedi ini meluas menjadi konflik agama. Padahal sudah jelas bahwa pemicu pembakaran masjid tersebut adalah latar belakangnya agama.Di bawah ini pernyataan ketua umum GP ANSOR yang katanya semi militer seperti yang di lansir Republika.


Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansro) Nusron Wahid mengecam keras pertikaian antarkelompok di Kabupaten Tolikara, Papua. menurutnya, insiden tak perlu terjadi jika kebebasan beragama dijamin UUD 45 diterapkan.


"Kebebasan beragama dan menjalankan ibadah dijamin oleh konstitusi negara ini.

Siapa pun dan atas nama apa pun tidak boleh ada yang mengganggu, apalagi sampai membakar tempat ibadah," kata Nusron Wahid, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Jumat (17/7).

Selain mushala beberapa kios dan rumah warga juga dibakar oleh pelaku tak bertanggung jawab tersebut. "Polisi harus mengusut tuntas aksi tersebut agar tidak melebar ke konflik dan kerusuhan yang mengatasnamakan agama," kata Nusron.


Sekelompok orang tak dikenal membakar mushala di Tolikara ketika jamaah di dalamnya bersiap Sholat Idul Fitri. Atas kejadian itu, warga yang hendak melakukan shalat ied di Lapangan Koramil Tolikara terpaksa membubarkan diri karena takut menjadi sasaran amuk massa. 

Menurut Nusron, meski peristiwa itu tidak memakan korban jiwa maupun korban luka, sangat nyata tindakan itu melukai kehidupan umat beragama. Untuk itulah, meskipun kondisinya saat ini sudah kondusif, aparat keamanan harus mengusut pelaku untuk mempertanggungjawabkannya di hadapan hukum.



Baca juga : Bukan terbakar tetapi masjid di Papua sengaja di bakar massa Gereja Injili

"Jangan sampai ini meluas menjadi konflik agama. Hukum harus ditegakkan, dan negara wajib menjamin warganya dalam menjalankan ibadah," ujar Nusron yang juga menjadi Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI).(Republika)




Itulah respon mereka yang mengaku sebagai pentolan organisasi dakwah islam di indonesia.Silahkan cermati siapa di antara mereka yang benar-benar amar ma'ruf nahi mungkar . Sikap dan posisi mereka sangat jelas di pihak mana terkait pembakaran Masjdi dan aksi anarkis massa Gereja kepada jamaah sholat Idul fitri di Papua.Bisa jadi kualitas ketegasan mereka sangat di pengaruhi kepentingan tertentu.



Lebih tragis lagi adalah respon dari Wakil president.
“Memang asal muasalnya soal `speaker` (pengeras suara). Jadi mungkin butuh komunikasi lebih baik lagi untuk acara-acara seperti itu,” kata Wapres mengenai kasus yang menimbulkan aksi pembakaran sejumlah bangunan di daerah itu,” kata Jusuf Kalla, Jumat (17/6/2015).
Baca juga : Pak wapres ? nanti kalau ada pembakaran Gereja yang di salahkan loncengnya ya ?

Sekali lagi tragedi ini jelas-jelas di latar belakangi masalah agama dan kepentingan politik bukan speaker?



Sementara berbagai kalangan lainnya memberikan pernyataannya sebagai berikut : Kapolri Jenderal Badrodin Haiti

”Situasi dan kondisi di Papua pascaperistiwa tersebut sudah ditangani dan kondisi saat ini sudah kondusif,” kata Badrodin, Jumat.
Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo
Tjahjo Kumolo meminta masyarakat mewaspadai pihak yang ingin memperkeruh suasana pascainsiden pembakaran masjid pada pelaksanaan shalat hari Raya Idul Fitri di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, Jumat (17/7). Tjahjo meminta masyarakat tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi atas kasus tersebut.
“Masyarakat tidak perlu emosi terpancing situasi, waspada provokator,” ujar Tjahjo kepada wartawan, Sabtu (18/7).
Tjahjo juga meyakinkan ke masyarakat untuk menyerahkan penanganan kasus tersebut pada pihak yang berwenang, yakni aparat keamanan maupun intelijen daerah.
Ketua Komisi VIII DPR, Saleh Partaonan Daulay
Pembakaran masjid di Papua menjadi luka tersendiri di tengah suka cita merayakan hari Idul Fitri bagi umat Islam. Namun, diharapkan kejadian itu tidak lantas membuat emosi masyarakat Muslim di Indonesia.
“Kita minta kepada masyarakat Muslim yang ada di Indonesia untuk tetap tidak emosi, tidak melakukan tindakan berlebihan dalam menangani kasus ini. Apalagi upaya balas dendam,” kata Saleh, Jumat (18/7) malam.
Dirjen Bimas Kristen Kementerian Agama, Odhita R Hutabarat
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) meminta maaf secara terbuka kepada Umat Muslim Indonesia pada Sabtu (18/7). PGI memberikan keterangan kasus Tolikara sekaligus menyampaikan permintaan maafnya melewati media.
“Tentang peristiwa itu, kita minta PGI untuk memberikan keterangan dan menyampaikan maaf kepada umat Islam lewat pers,” kata Odhita lewat siaran persnya, Jumat (17/7).
Pihaknya sudah mengambil langkah untuk menyelesaikan kasus pembakaran masjid di Tolikara, Wamena Papua pada Jumat (17/7). Ia juga mengaku sudah menghubungi Ketua Sinode Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) untuk menjelaskan surat larangan shalat Ied yang sudah beredar di media massa tersebut.
Ketua MUI, Din Syamsuddin
“Tidak perlu membalas, tunjukkan bahwa kita adalah umat yang toleran,” kata Din di Jakarta, Jumat, menanggapi konflik antarkelompok warga di Karubaga, ibu kota Kabupaten Tolikara, Papua.
Menurutnya, seluruh umat Islam di Kabupaten Tolikara, Papua, menahan diri atas kekerasan massa yang bertepatan dengan Idul Fitri 1 Syawal 1436 H di daerah itu.
Ketua Presidium AAUI, KH Shohibul Faroji Azmatkhan
“Kami meminta Dewan Gereja Indonesia memanggil pengurus GIDI, minta pertanggungjawaban atas suratnya, kemudian memberi sanksi tegas terhadap oknum pengurus GIDI dan menyerahkan mereka ke pihak yang berwajib,” kata Ketua Presidium AAUI, KH Shohibul Faroji Azmatkhan dalam rilis, Jumat (17/7).
Ia mengimbau tokoh-tokoh Islam, Kristen, dan agama-agama lain supaya mengedepankan kerukunan antar umat beragama dan menjaga toleransi beragama. Toleransi tersebut penting dalam rangka menjaga keutuhan bangsa Indonesia yang beradab dan berkemanusiaan.
Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Marsudi Syuhud
“Bagi umat Islam, jangan terpancing berbuat hal-hal yang akan berubah menjadi buruk. Tetap menjaga ketertiban. Jangan sampai terpancing agar tidak menjadi lebih buruk dan lebih besar,” tuturnya.
Ia meminta agar umat Islam setempat dapat mengendalikan diri, tak mudah terprovokasi rumor, dan mementingkan pendekatan dialogis.


Baca juga : Ketahuan, ternyata ini alasan metrotv mengubah judul beritanya 
Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Azhar Simanjutak
“Di Hari yang suci yakni Idul Fitri ketika umat Islam merayakan kemenangan atas perlawanan hawa nafsu selama sebulan penuh, dan berusaha memaknai fitrah manusia yang saling menghormati antar sesama manusia, sekelompok massa justru merusak kesucian hari fitri tersebut” ujar Ketua Pemuda Muhammadiyah Dahnil Azhar melalui akun Facebook pribadinya, Jum’at (17/7/2015).
Dahnil juga memaparkan 3 sikap Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, antara lain :
1. Mendesak aparatur hukum khususnya kepolisian untuk segera menindak tegas pelaku penyerangan terhadap Umat Islam ketika melaksanakan shalat Idul Fitri, di tolikara, Papua. kepolisian harus segera bersikap tegas dan adil.
2. Menghimbau kepada umat Islam seluruh Indonesia agar menahan diri untuk tidak melakukan tindakan pembalasan yang anarkis, kita serahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian untuk menangkap dan menghukum pelaku penyerangan dan Pembakaran Masjid di Tolikara, Papua.
3. Meminta umat beragama di Papua dan seluruh Indonesia untuk menjaga toleransi umat beragama.
Bagaimana dengan sikap anda terkait derita muslim di papua ini???

Tidak ada komentar

Copyright © . Lemahireng Info All Right Reserved -
Diberdayakan oleh Blogger.