Tahukah anda Sejarah King sulaiman yang sesungguhnya.


Film king sulaiman yang di tayangkan Antv menuai kecaman berbagai pihak khususnya umat islam yang kritis terhadap isi dari film ini.Dalam film ini yang di tonjolkan adalah intrik,perselingkuhan dan muatan pornografi .Ada beberapa hal yang menjadikan film ini pantas di kecam karena memang tidak sesuai fakta sejarah tentang King Sulaiman.Lalu kenapa dari pihak Antv ngotot menayangkannya... jawabannya adalah propaganda.Inilah salah satu hasil karya media sekuler kita....

Mengapa mereka begitu benci dan dendam kepada Khalifah Sulaiman Al-Qanuni (King Sulaiman the Magnificent)?

Pernahkah Anda mendengar tentang perang Mohacs? Jika belum, maka sesungguhnya itu bukanlah perang..tetapi merupakan sebuah pembantaian. Peristiwa itu terjadi pada 21/11/932 Hijriyah. Ringkas cerita, utusan Khalifah Utsmani Sulaiman Al-Qanuni berangkat untuk mengambil jizyah dari raja Hongaria dan pemimpin Eropa ketika itu, Luis II. 

Maka atas saran Paus di Vatikan, Raja Hongaria membunuh utusan Sulaiman Al-Qanuni. Mendengar berita itu, bersiap-siaplah Sulaiman Al-Qanuni untuk menyerang Eropa. Begitu juga gereja dan Eropa menyiapkan pasukannya. Sulaiman Al-Qanuni menyiapkan pasukan yang terdiri atas 100.000 prajurit, 350 meriam dan 800 kapal perang.

Sedangkan kekuatan Eropa 200.000 pasukan berkuda. 35 ribu diantaranya bersenjata lengkap dengan baju besi. Sulaiman dan pasukannya menempuh jarak 1000 kilometer dan berhasil merebut benteng-benteng sepanjang perjalanannya guna mengamankan jalan ketika menarik pasukannya mundur jika terjadi kekalahan.

Beliau dan pasukannya melewati sungai yang terkenal dan menunggu di lembah Mohacs selatan Hongaria dan timur Rumania menanti pasukan Eropa yg terdiri dari Hongaria, Rumania, Kroasia, Buhemia, Kekaisaran Romawi, negara kepausan dan Polandia.


Masalah yang dihadapi Sulaiman adalah banyaknya pasukan berkuda Romawi dan Hongaria yg tertutup penuh oleh baju besi yang sulit ditembus panah atau peluru. Lalu apa yang ia lakukan? Setelah selesai sholat subuh ia berdiri dihadapan pasukannya yang menatap pasukan Eropa yg banyak yang tidak terlihat ujungnya.

Kemudian ia berkata disertai tangisan (sesungguhnya Ruh Nabi Muhammad melihat kalian dengan kerinduan dan cinta) maka menangislah semua pasukan kaum Muslimin. Kemudian, kedua pasukan saling berhadapan.
Taktik perang Sulaiman sangatlah brilian. Ia membagi pasukannya menjadi tiga barisan sepanjang 10 km. 

Pasukan Inkisyaariah yang berada di garis depan, mereka ini adalah prajurit pilihan. Kemudian di barisan kedua pasukan berkuda dengan senjata ringan dan pasukan pejalan kaki (invanteri) diantara mereka adalah relawan. Adapun barisan ketiga adalah beliau dan pasukan meriam.

Pasukan Eropa menyerang setelah sholat ashar. Maka Sulaiman memerintahkan pasukan Inkisyaariyah bertahan selama satu jam saja. Kemudian ia memerintahkan mereka lari. Dan ia perintahkan pasukan lapis kedua untuk membuka jalan pelarian ke kiri dan ke kanan bukan ke belakang. Sesuai arahan sulaiman para pahlawan pasukan Inkisyaariah bertahan dengan gagah berani. 

Dan berhasil menghancurkan kekuatan Eropa dengan sempurna pada dua penyerangan bertubi-tubi yang dipancarkan Eropa. 

Dalam satu serangan saja habis 20 ribu pasukan Eropa. Kemudian kekuatan inti pasukan Eropa serempak menyerang.Tibalah saat melarikan diri dan dibukalah jalan untuk lari, maka mundurlah pasukan Inkisyaariah ke sisi kiri dan kanan diikuti pasukan infantri, sehingga jantung pasukan Utsmani benar-benar terbuka. Masuklah 100 ribu pasukan Eropa sekaligus menuju (jebakan) jantung pasukan kaum Muslimin. 

Dan inilah awal pembantaian itu. Mereka langsung berhadapan dengan meriam-meriam pasukan Utsmaniyah tanpa mereka sadari. Meriam-meriam itu langsung menyalak menyambut 100 ribu pasukan Eropa yang tidak sadar telah masuk jebakan. Tidak sampai satu jam musnahlah pasukan Eropa semua dihantam meriam dari segala arah..menjadi kenangan hitam orang2 kafir sampai saat ini. Sisa-sisa pasukan Eropa di garis belakang berusaha lari menyeberangi sungai. Apa daya karena ketakutan dan berdesak-desakan ribuan prajurit tenggelam di sungai.

Akhirnya pasukan Eropa hendak menyerah. Keputusan Khalifah Sulaiman Al-Qanuni di atas tidak pernah dilupakan Eropa sampai sekarang dan mereka mengingatnya dengan penuh dendam. Sulaiman memutuskan : Tidak ada tawanan! Maka pasukan Utsmaniyyun menyerahkan kembali senjata kepada pasukan Eropa yang ditawan agar mereka berperang lagi atau dibunuh!
Akhirnya mereka kembali berperang dengan putus asa. 

Berakhirlah perang dengan tewasnya raja Hongaria Louis II beserta para uskup yang tujuh orang mewakili nasrani dan utusan paus dan 70 ribu pasukan. Disamping itu, 25.000 ditawan dalam keadaan terluka.

Pasukan Utsmaniyyah melakukan parade militer di ibukota Hongaria. Setelah dua hari mengurus urusan kenegaraan di sana Khalifah Sulaiman kembali pulang ke Turki. Pasukan Utsmaniyyah yang gugur dalam perang itu hanya 150 orang saja dan tiga ribu terluka. 

Selebihnya pasukan masih sempurna tanpa kurang suatu apapun walhamdulillah


Berikut 10 ‘dosa’ yang membuat film produksi Tims Productions ini diprotes, seperti dilansir Bersamadakwah, Rabu (24/12):
Tidak sesuai fakta sejarah
‘Dosa’ terbesar film King Suleiman adalah mengisahkan Sultan Sulaiman Al-Qanuni, tetapi memasukkan banyak unsur fiktif yang bertolak belakang dari sejarah. Hal ini pula yang membuat Presiden Turki Racep Tayyep Erdogan mengecam film tersebut ketika ditayangkan di Turki akhir 2012 lalu.
Mengadopsi novel the Sultan’s Harem
Alih-alih mengambil cerita dari buku sejarah, cerita dalam film King Suleiman justru mirip dengan novel berjudul The Sultan’s Harem karya Colin Falconer. Bahkan di Timur Tengah, film ini juga diberi judul yang maknanya sama.
Tentu saja, novel itu bukanlah buku sejarah. Banyak cerita fiksi yang dimasukkan, bahkan cenderung mendominasi. Seperti judulnya, porsi terbesar cerita dalam novel itu adalah harem (para wanita yang dihimpun dan dipercantik untuk disajikan di ranjang raja) dengan segala kecantikan-keseksian dan intriknya. Itu pula yang dihadirkan dalam film King Suleiman.
Wanita-wanita tak menutup aurat
Film King Suleiman menampilkan wanita-wanita di istana Daulah Utsmaniyah, baik harem maupun istri Sultan, sebagai sosok yang tidak berjilbab dan berpakaian seksi. Bisa jadi pembuat film mengambil model masyarakat sekuler Turki pasca Mustafa Kemal. Padahal, pada zaman Sultan Sulaiman Al-Qanuni, Daulah Ustmaniyah menerapkan undang-undang dari syariat Islam yang tentu saja mewajibkan perempuan Muslimah berjilbab. Apalagi istri Sultan. Sebab, beliau digelari Al- Qanuni, karena penerapan undang-undang berbasis syariat Islam tersebut.
Tarian erotis di depan Sultan
Dalam film King Suleiman, bahkan sejak episode perdana, digambarkan Sultan disuguhi tarian-tarian erotis di depan matanya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan pribadi Sultan dalam sejarah Daulah Utsmaniyah. Bahkan, jika tidak disensor, film tersebut juga menampilkan adegan ‘ranjang’.
Sultan yang angkuh
Di film King Suleiman, Sultan Sulaiman Al- Qanuni digambarkan sebagai sosok yang angkuh. Padahal, dari buku-buku sejarah Islam, Sultan Sulaiman Al-Qanuni adalah sosok yang bijak dalam mengambil keputusan. Karenanya ia menjadi salah seorang pemimpin Daulah Utsmaniyah yang paling disegani.
Sultan suka berganti-ganti pasangan
Dalam film ini, Sultan juga digambarkan sebagai pria yang suka berganti-ganti pasangan. Bahkan dalam novelnya, Sultan bisa memilih siapa saja harem yang akan menemaninya di ranjang.
Penyesatan informasi
Meskipun ada yang membela film tersebut hanya sebuah hiburan, nyatanya film mampu membentuk persepsi jutaan penonton terhadap kisah yang difilmkan. Dengan cerita yang tidak sesuai sejarah, film tersebut sengaja atau tidak telah membelokkan sejarah Sultan Sulaiman Al-Qanuni dan Daulah Utsmaniyah dalam benak masyarakat.
Merusak citra Daulah Islam
Dengan menitikberatkan cerita pada harem dan percintaan yang sebenarnya fiktif, film King Suleiman membuat citra Daulah/Khilafah Islam ternoda. Apalagi, masa Sulaiman Al-Qanuni dikenal dalam sejarah Islam sebagai puncak keemasan kekhilafahan Turki dengan berkembangnya dakwah ke tiga benua.
Merusak citra pemimpin Islam
Meskipun film ini hanya bercerita soal Sultan Sulaiman, tetapi bisa membentuk persepsi orang-orang awam atau yang belum mengenal Islam dengan baik berkesimpulan bahwa kehidupan pemimpin Islam tak ubahnya seperti gambaran film tersebut. Erat dengan wanita seksi, tarian, dan kebobrokan moral.
Merusak citra Islam
Gabungan dari sembilan ‘dosa’ sebelumnya dapat membentuk ghazwul fikri(perang/invasi pemikiran/budaya) yang cukup dahsyat. Meskipun pada awalnya hanya ‘menyerang’ Sultan Sulaiman Al-Qanuni, lalu Daulah Utsmaniyah, pada akhirnya juga mengarah pada citra Islam. Orang-orang awam, terutama orang-orang kafir, bisa mengambil kesimpulan bahwa Islam adalah seperti apa yang difilmkan. Jika persepsi itu yang muncul, mereka dapat terhalang dari dakwah Islam karena menutup diri berdasarkan informasi awal itu.
Karenanya, tugas dari para ulama dan para dai, jika film seperti ini tetap ditayangkan maka sejarah yang benar tentang Islam harus disebarluaskan lebih massif. Dan akan lebih baik lagi jika dibuat film-film Islami yang sesuai dengan sejarah seperti Ar Risalah dan Omar Mochtar.(arrahmah)
Berikut 10 ‘dosa’ yang membuat film produksi Tims Productions ini diprotes, seperti dilansir Bersamadakwah, Rabu (24/12):
Tidak sesuai fakta sejarah
‘Dosa’ terbesar film King Suleiman adalah mengisahkan Sultan Sulaiman Al-Qanuni, tetapi memasukkan banyak unsur fiktif yang bertolak belakang dari sejarah. Hal ini pula yang membuat Presiden Turki Racep Tayyep Erdogan mengecam film tersebut ketika ditayangkan di Turki akhir 2012 lalu.
Mengadopsi novel the Sultan’s Harem
Alih-alih mengambil cerita dari buku sejarah, cerita dalam film King Suleiman justru mirip dengan novel berjudul The Sultan’s Harem karya Colin Falconer. Bahkan di Timur Tengah, film ini juga diberi judul yang maknanya sama.
Tentu saja, novel itu bukanlah buku sejarah. Banyak cerita fiksi yang dimasukkan, bahkan cenderung mendominasi. Seperti judulnya, porsi terbesar cerita dalam novel itu adalah harem (para wanita yang dihimpun dan dipercantik untuk disajikan di ranjang raja) dengan segala kecantikan-keseksian dan intriknya. Itu pula yang dihadirkan dalam film King Suleiman.
Wanita-wanita tak menutup aurat
Film King Suleiman menampilkan wanita-wanita di istana Daulah Utsmaniyah, baik harem maupun istri Sultan, sebagai sosok yang tidak berjilbab dan berpakaian seksi. Bisa jadi pembuat film mengambil model masyarakat sekuler Turki pasca Mustafa Kemal. Padahal, pada zaman Sultan Sulaiman Al-Qanuni, Daulah Ustmaniyah menerapkan undang-undang dari syariat Islam yang tentu saja mewajibkan perempuan Muslimah berjilbab. Apalagi istri Sultan. Sebab, beliau digelari Al- Qanuni, karena penerapan undang-undang berbasis syariat Islam tersebut.
Tarian erotis di depan Sultan
Dalam film King Suleiman, bahkan sejak episode perdana, digambarkan Sultan disuguhi tarian-tarian erotis di depan matanya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan pribadi Sultan dalam sejarah Daulah Utsmaniyah. Bahkan, jika tidak disensor, film tersebut juga menampilkan adegan ‘ranjang’.
Sultan yang angkuh
Di film King Suleiman, Sultan Sulaiman Al- Qanuni digambarkan sebagai sosok yang angkuh. Padahal, dari buku-buku sejarah Islam, Sultan Sulaiman Al-Qanuni adalah sosok yang bijak dalam mengambil keputusan. Karenanya ia menjadi salah seorang pemimpin Daulah Utsmaniyah yang paling disegani.
Sultan suka berganti-ganti pasangan
Dalam film ini, Sultan juga digambarkan sebagai pria yang suka berganti-ganti pasangan. Bahkan dalam novelnya, Sultan bisa memilih siapa saja harem yang akan menemaninya di ranjang.
Penyesatan informasi
Meskipun ada yang membela film tersebut hanya sebuah hiburan, nyatanya film mampu membentuk persepsi jutaan penonton terhadap kisah yang difilmkan. Dengan cerita yang tidak sesuai sejarah, film tersebut sengaja atau tidak telah membelokkan sejarah Sultan Sulaiman Al-Qanuni dan Daulah Utsmaniyah dalam benak masyarakat.
Merusak citra Daulah Islam
Dengan menitikberatkan cerita pada harem dan percintaan yang sebenarnya fiktif, film King Suleiman membuat citra Daulah/Khilafah Islam ternoda. Apalagi, masa Sulaiman Al-Qanuni dikenal dalam sejarah Islam sebagai puncak keemasan kekhilafahan Turki dengan berkembangnya dakwah ke tiga benua.
Merusak citra pemimpin Islam
Meskipun film ini hanya bercerita soal Sultan Sulaiman, tetapi bisa membentuk persepsi orang-orang awam atau yang belum mengenal Islam dengan baik berkesimpulan bahwa kehidupan pemimpin Islam tak ubahnya seperti gambaran film tersebut. Erat dengan wanita seksi, tarian, dan kebobrokan moral.
Merusak citra Islam
Gabungan dari sembilan ‘dosa’ sebelumnya dapat membentuk ghazwul fikri(perang/invasi pemikiran/budaya) yang cukup dahsyat. Meskipun pada awalnya hanya ‘menyerang’ Sultan Sulaiman Al-Qanuni, lalu Daulah Utsmaniyah, pada akhirnya juga mengarah pada citra Islam. Orang-orang awam, terutama orang-orang kafir, bisa mengambil kesimpulan bahwa Islam adalah seperti apa yang difilmkan. Jika persepsi itu yang muncul, mereka dapat terhalang dari dakwah Islam karena menutup diri berdasarkan informasi awal itu.
Karenanya, tugas dari para ulama dan para dai, jika film seperti ini tetap ditayangkan maka sejarah yang benar tentang Islam harus disebarluaskan lebih massif. Dan akan lebih baik lagi jika dibuat film-film Islami yang sesuai dengan sejarah seperti Ar Risalah dan Omar Mochta
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2014/12/25/ini-10-dosa-film-king-suleiman-yang-menuai-protes.html#sthash.yAU2wpiS.dpuf

2 komentar

aktual.com mengatakan...

Jakarta, Aktual.com – Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang, Jawa Timur, berjalan panas dan sarat penuh kejanggalan.

Hal itu ditandai dari awal proses registrasi, peserta muktamar double, isu penculikan peserta hingga pembahasan tata tertib pemilihan rois aam yang menggunakan metode Ahlul halli wal aqdi (Ahwa) atau tidak.

Mukhtamar NU-33, Panas Penuh Kejanggalan

King Suleiman mengatakan...

Film ini bagian dari sejarah Turki kan? di Turki tidak ada yang protes kan? Lagi pula untuk membuat film sejarah seperti itu butuh modal yang sangat besar, Di Turki sedang krisis kan, makanya mereka diancam dikeluarkan dari Uni Eropa.

Nah, kaitannya dengan Film.... Film sebuah berita juga kan... Anekdot seperti ini berlaku di seluruh negara di dunia. "Bad News is Good News"

Yang pasti, King Suleiman memang sudah menancapkan kakinya di Arab dan Eropa, jangan terlalu di kaitkan dengan agama.

Copyright © . Lemahireng Info All Right Reserved -
Diberdayakan oleh Blogger.